Minggu, 23 Mei 2010

Mencari Ilmu

Mencari Ilmu

Setiap manusia sangat membutuhkan ilmu untuk menghadapi kehidupan. Namun, begitu bebaskah manusia menuntut ilmu? Istilah ilmu mencakup seluruh pengetahuan yang tidak diketahui manusia, baik yang bermanfaat maupun yang tidak bermanfaat. Untuk ilmu yang tidak bermanfaat, haram dan berdosa bagi orang yang mempelajari dan menuntutnya, baik dia sukses ataupun gagal. Adapun, ilmu yang bermanfaat wajib kita tuntut dan kita pelajari atau sunnah kita tuntut dan kita pelajari karena ilmu tersebut disenangi. Namun, tidak termasuk maksiat terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya jika kita meninggalkan ilmu yang sunnah tersebut.
Diwajibkan menuntut ilmu baik laki-laki ataupun perempuan , sebagaimana sabda Rasulullah:
اطلبو العلم ولوبالصين فان طلب العلم فريضة على كل مسلم ان الملا ئكة تضع اجنحتها لطالب العلم رضابمايطلب. رواه ابن عبدالبر

Artinya: “Tuntutlah ilmu walaupun di negeri China, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim. Sesungguhnya para Malaikat meletakakan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut,” (HR. Ibnu Abdil Bar)
Menuntut ilmu tidak hanya terbatas pada hal-hal keakhiratan saja tetapi juga tentang keduniaan. Jelaslah kunci utama keberhasilan dan kebahagiaan, baik dunia maupun akhirat adalah ilmu. Rasulullah SAW pernah bersabda:

من ارادالدنيافعليه بالعلم ومن ارادالاخرة فعليه بالعلم ومن اراد هما فعليه بالعلم.

Artinya: “Barang siapa menghendaki kehidupan dunia, maka dengan ilmu, dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat, maka dengan ilmu, dan barang siapa yang menghendaki keduanya (kehidupan dunia dan akhirat), maka dengan ilmu.”
Untuk kehidupan dunia kita memerlukan ilmu yang dapat menopang kehidupan dunia, untuk persiapan akhirat, kita juga memerlukan ilmu yang sekiranya dapat membekali kehidupan akhirat. Dengan demikian, kebahagian di dunia dan di akhirat sebagai tujuan hidup Insya Allah akan tercapai ketika kita memilki ilmu.
Untuk memperoleh ilmu diperlukan suatu usaha atau perjuangan dari pencari ilmu. Sebagaimana hadis Rasulullah di atas, tuntutlah ilmu walau ke negeri China. Jarak antara Jazirah Arab dengan negeri China sangatlah jauh sekali, apalagi bila ditempuh dengan jalan kaki. Tentu ada suatu pengorbanan untu mendapatkan ilmu. Mengapa Rasululluh menganjurkan mencari ilmu ke negeri China? Sebab pada waktu itu peradaban China sudah maju.
Mencari ilmu bukanlah hal yang ringan dan mudah, melainkan suatu pekerjaan dan tugas yang membutuhkan kesabaran, kemauan, kesungguhan dan keberanian. Orang yang mencari mutiara siap berani menyelami dalamnya lautan dengan taruhan nyawa, apalagi mencari ilmu. Ilmu nilainya lebih tinggi dan lebih berharga dibandingkan dengan mutiara. Oleh karena itu, orang yang mencari ilmu harus lebih berani, bukan berani menyelami dalamnya lautan, tetapi berani bangun tengah malam untuk tahajjud dan belajar serta berani puasa.
Secara terperinci Syekh Imam al-Jurjani dalam bukunya Ta’lim Muta’alim menjelaskan sebagi berikut:

الا لا تنال العلم الا بستة۞سأنبيك عن مجموعها ببيان
ذكاء وحرص واصطباروبلغت۞وارشاد استاذ وطول زمان

Artinya: “Ketahuilah, kamu tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan enam perkara. Akan aku jelaskan kepadamu pada penjelasan yang sejelas-jelasnya yaitu: 1.Kecerdasan, 2. Kemauan, 3. Kesabaran, 4. Biaya, 5. Petunjuk Guru, dan 6. Masa yang lama.”
Orang yang berilmu—orang yang mempunyai ilmu dan mengamalkannya—lebih utama daripada seorang abid(hamba) yang gemar beribadah. Karena ilmu adalah pelita yang menerangi kegelapan.

Rujukan:
Uman, Cholil. Tanpa Tahun. Pesantren Ramadhan untuk SMA/SMK/MA Kelas X. Sidoarjo: Duta Aksara.
NN, 2003. Agenda Pelajar Islam. Yogyakarta: Titian Ilahi Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar